★ motivasikehidupan68.blogspot.com
Peryataan John. F.
Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang
sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier
bisnis saya. Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang
membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir,
bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita
lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes
Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.
Bisnis tersebut
saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat hanya
2 orang sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka
cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di
Indonesia.
Dalam kehidupan
sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk
didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap
orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang
nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang
yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.
Maka, bila Anda
seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap
orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun
relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.
Jangan berharap
Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di
sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman
yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai
bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.
Mengapa saya
melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal?
Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya,
menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan
memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.
Menurut pengalaman
saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan
kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih
tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan
itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif
itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.
Sudah tentu, kasus
kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan
bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan
mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka,
setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin
penderitaan.
Bagi seorang
entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti
itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian
dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita,
membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan
kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan
kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu
sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor
terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier
siapapun.
Mengapa demikian?
Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap
kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya
menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan
menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.
Ada beberapa sebab
dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri
kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh
mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu
"melankolis" dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini
dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap,
tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.
Dengan mengetahui
sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya.
Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui
kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki
sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok
entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah
kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia
jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.
Purdi E Chandra
Pemilik Primagama